4 Tutuba. Gambar Alat Musik Tradisional yang Dipetik Tutuba. Tutuba merupakan alat musik tradisional yang dipetik juga dan berasal dari Sulawesi Tengah. Alat musik tradisional ini merupakan alat musik khas suku To Wana(penduduk asli di daerah Wan Bulang, Sulawesi Tengah) dan alat musik ini terbuat dari bambu. 5. Untukdapat menjawaban soal tersebut dengan benar, mari kita simak pembahasan soal tersebut. Soal: Jenis pada alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup adalah? Terompet Gendang Gitar Semua jawaban benar. Kunci jawabannya adalah: A. Terompet. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, jenis pada alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup adalah Rebabjuga termasuk alat musik tradisional yang digesek, untuk cara memainkannya adalah seperti memainkan alat musik biola pada umumnya. 2. Suling Jawa Barat Untuk peran yang dimainkan suling adalah dengan memberikan melodi pada lantunan sebuah lagu tradisional. 3. Karinding Anda mungkin tidak terlalu familiar dengan alat musik yang Calungadalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). 4eWDI. Pembahasan penelitian memfokuskan pada gaya liao kongahyan pada lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€ dengan membedah lima elemen-elemen musik yang menonjol yang dikemukakan oleh Slobin dan Titon 1985 7-13. Kelima elemen tersebut antara lain sistem penalaan, warna suara alat musik, irama atau ritem, tangga nada, dan harmoni. Akan tetapi sebelum membahas lebih dalam mengenai gaya liao kongahyan pada lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€, ada baiknya mengenal alat musik kongahyan terlebih dahulu. Kongahyan merupakan sebuah alat musik bersenar yang dimainkan dengan cara digesek. Ruang resonansinya terbuat dari batok kelapa yang ditutup dengan papan yang terhubung dengan leher neck yang terbuat dari kayu. Di atas ruang resonansi terdapat kuda-kuda bridge untuk meletakkan senar yang terbuat dari baja. Senar yang digunakan merupakan senar gitar biasa yaitu senar nomer 1 dan nomer 2. Pada ujung senar yang satunya Gambar 2. Alat Musik Kongahyan sumber dokumentasi pribadi dikaitkan dengan kayu atau dalam biola disebut pegs. Alat untuk menggeseknya bow disebut dengan gesekan. Terbuat dari bambu yang diikatkan dengan kumpulan benang nylon tipis yang bisa dibuka. Posisi gesekan nilon ini terdapat di antara kedua buah senar nya. Gambar 3. Skema Nada Penjarian Alat Musik Kongahyan Sistem Penalaan Kongahyan ditala dengan memutar bagian atasnya. Apabila memainkan nada dasar C senar yang belakang bernada kiri G menggunakan senar gitar no. 2, dan senar depan bernada D kanan menggunakan senar gitar no. 1. Warna Suara Alat Musik Lagu Pobin Kong Ji Lok yang dimainkan pak Ukar menggabungkan tiga alat musik melodis utama yaitu kongahyan, gambang, dan kromong. Kongahyan yang merupakan alat musik gesek adaptasi dari musik Tionghoa mempunyai warna suara lembut. Sebagai pembawa melodi utama permainan melodinya banyak berimprovisasi dengan mengunakan prinsip liao dan banyak menggunakan nada panjang yang disertai dengan vibrasi yang berlebihan. Secara sekilas warna suara alat musik ini sangat kental dengan budaya Tionghoa. Gambang merupakan xilofon Indonesia yang terbuat dari kayu. Alat musik ini mempunyai warna suara yang lembut dan empuk serta mempunyai dan dengan gain yang pendek. Fungsinya adalah sebagai pengiring dengan banyak menggunakan nada-nada yang rendah. Mesekipun sebagai pengiring, gambang juga mempunyai kebebasan dalam berimprovisasi dengan menggunakan prinsip liauw. Bunyi khas pribumi sangat jelas terasa dari gambang. Hal ini terdengar dari warna suaranya yang empuk dan penggunaan tangga nada pentatonis. Kromong merupakan metalofon berpencu melodis yang terbuat dari logam. Alat musik ini mempunyai warna suara yang tinggi, panjang, dan nyaring. Fungsinya adalah sebagai pengiring yang juga mempunyai kebebasan berimprovisasi dengan menggunakan prinsip liauw. Bunyi kromong sangat identik dengan Indonesia karena banyak alat musik sejenis yang tersebar di beberapa daerah, misalnya Jawa, Bali, Sunda, Lampung, Palembang, Kalimantan, dan lain-lain. Nada. Penggabungan warna bunyi kongahyan, gambang, dan kromong menghasilkan kesatuan yang berciri Tionghoa sekaligus Indonesia. Gaya Tionghoa terasa karena kongahyan yang berfungsi sebagai pembawa melodi diiringi oleh alat musik yang pribumi yaitu gambang dan kromong yang juga sering muncul untuk berimprovisasi. Irama Lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€ secara garis besar menggunakan tiga jenis irama yang berbeda dalam satu lagu tersebut, yaitu pembuka, bagian inti, dan lopan. Bagian pembuka atau biasa disebut dengan angkatan menggunakan irama dengan tempo bebas. Bagian ini merupakan permainan solo gambang yang memainkan frase melodi pendek yang kemudian memancing kromong dan tehyan pada ujung-ujung frase untuk memainkan nada yang sama. Tepat sesaat sebelum jatuhnya nada yang sama tersebut gambang memainkan tehnik slide atau menyerupai glisando pada teknik piano. Pada bagian ini gambang menjadi pembawa melodi utama meskipun pada bagian-bagian-bagian tertentu ada melodi yang bertabrakan sebelum jatuhnya nada. Irama dengan tempo bebas dimainkan pada bagian angkatan, yang merupakan bagian pembuka lagu, mirip dengan bagian intro dalam musik Barat. Bagian ini merupakan frase melodi pendek yang dimainkan secara tunggal oleh gambang dengan tempo bebas yang diikuti dengan aksen oleh kromong dan gambang pada nada yang sama dibagian akhir frase melodinya. Bagian Inti menggunakan irama dengan tempo yang cenderung lambat. Hal ini terjadi pada bagian inti yang merupakan bagian pertengahan lagu yang berisi dengan permainan bersama antara gambang, kromong, dan kongahyan. Pada bagian ini, ketiga alat musik tersebut memainkan melodi yang kurang lebih sama dengan versi dan interpretasi masing-masing pemain seperti yang telah dijelaskan dalam bagian harmoni. Bagian Lopan menggunakan Irama dengan menggunakan tempo yang lebih cepat terjadi di bagian yang disebut dengan lopan. Lopan merupakan bagian akhir lagu yang ditandai dengan permainan yang menggunakan tempo yang lebih cepat dari bagian sebelumnya. Kemudian menurun secara bertahap dan akhirnya berhenti. Tangga Nada Tangga nada yang dimiliki oleh kongahyan, gambang, dan kromong yang dimainkan Bapak Ukar pada lagu Pobin Kong Ji Lok berbeda-beda. Notasi 1 Tangga Nada Kongahyan Tangga nada kongahyan yang dimainkan dalam lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€ merupakan tangga nada diatonis, terdiri dari nada C-D-E-F-G-A-Bb. Adanya nada Bb dalam tangga ini menjadikannya permainan kongahyan menjadi sangat khas dan lazim ditemukan dalam lagu-lagu gambang kromong. Baik lagu dalem maupun lagu sayur. Berbeda dengan kongahyan, gambang dan kromong menggunakan tangga nada pentatonis. Notasi 2 Tangga Nada Gambang dan Kromong Tangga nada yang terdiri dari nada C-D-E-G-A atau DO-RE-MI-SOL-LA juga disebut oleh Banoe sebagai tangga nada Yo yang berasal dari musik Cina dan Jepang 2003 331. Harmoni Perbedaan tangga nada kongahyan dengan gambang dan kromong menghasilkan jalinan sistem harmoni yang sangat khas. Keunikannya terletak pada ketiga alat musik tersebut memainkan melodi yang sama dengan tangga nada yang berbeda-beda dan dengan versinya masing-masing. Melodi utama yang dimainkan secara diatonis oleh kongahyan dipadukan dengan gambang kromong yang memainkan melodi dengan jalurnya sendiri dan dengan tangga nada pentatonis miliknya menghasilkan jalinan yang menarik. Ketiganya memainkan melodi utama dengan versinya masing-masing secara bersamaan dan kadang memberikan sisipan-sisipan improvisasi. Improvisasi melodi kongahyan disebut dengan liao. Improvisasi ini mempunyai sifat yang relatif bebas tergantung dari pemainnya. Liao yang dimainkan kongahyan berbeda dengan gambang dan kromong. Akan tetapi perbedaan tersebut akan menuju satu nada yang sama yang biasanya terjadi di setiap 1 ataupun 2 bar, dan terutama pada ketukan-ketukan kuat. Persamaan jatuhnya nada yang sama tersebut disebut dengan ceh. Pada notasi diatas yang terletak di garis paranada paling atas adalah kongahyan, yang kedua adalah kromong, dan ketiga adalah gambang. Dari notasi tersebut dapat terlihat bahwa semua alat musik memainkan nada yang sama ditandai dengan kotak berwarna merah pada setiap satu atau dua bar setelah memainkan liao nya masing-masing ditandai dengan gairs berwarna hijau. Secara garis besar kongahyan, gambang, dan kromong memainkan melodi yang cenderung sama atau sejalan. Mirip dengan musik shifan dari propinsi Fujian, Tionghoa dimana instrumen-intsrumen melodis memainkan melodi yang sama persis akan tetapi dengan warna suara dan ketinggian nada yang berbeda-beda. Perbedaannya dengan ansambel gambang kromong adalah terletak pada keterbatasan tangga nada gambang dan kromong. Nada-nada yang dimiliki keduanya tidak sebanyak kongahyan sehingga tidak memungkinkan untuk memainkan melodi Notasi 3 Prinsip Liao Kongahyan 1 Notasi 4 Prinsip Liao Kongahyan 2 yang sama persis dengan kongahyan. Hal ini memunculkan sebuah teknik liao sehingga gaya melodi ketiga instrumen tersebut lebih cocok disebut sejalan’ daripada sama’. Gaya Liao Kongahyan Kongahyan yang menggunakan tangga nada diatonis mempunyai kemampuan ngeliao5 5 Ngeliao adalah bentuk kata kerja dari liao. yang lebih leluasa dibandingkan alat musik yang lain, sehingga ia terdengar mendominasi dalam ansambel tersebut. Hal ini didukung pula dengan warna suara dan register nada yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat musik yang lain. Gaya lain yang menjadi ciri khas adalah liao kongahyan adalah perjalanan liao itu sendiri mempunyai frase melodi yang berbeda-beda tergantung nada mana yang akan dituju. Notasi 6 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada C DO Notasi 7 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada D RE Notasi 8 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada E MI Notasi 9 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada G SOL Notasi 10 Perjalanan Liao Kongahyan Menuju Nada A LA Dari notasi diatas semua nada tujuan mempunyai jalur liao-nya masing-masing. Tergantung keberangkatannya dari nada apa dan akan menuju nada apa. Nada G SOL sering menjadi nada per-singgahan liao kongahyan. Ia terdengar singgah pada nada G SOL terlebih dahulu sebelum ahirnya jatuh ke nada berikutnya. Hal ini terjadi ada awal bar, yaitu pada ketukan pertama; ataupun di tengah bar, yaitu pada ketukan ketiga, seperti yang terlihat pada notasi di bawah ini. Persinggahan nada tersebut menjadi-kannya frase melodi ini menjadi frase melodi yang paling sering dijumpai pada permainan liao kongahyan dan menjadikannya sebagai salah satu gaya permaianan liao kongahyan yang khas. Notasi 11 Frase Melodi yang Paling Sering Dimainkan KESIMPULAN Lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€ merupakan lagu klasik terakhir gambang kromong yang masih bisa dimainkan. Lagu ini menjadi penting untuk didokumentasikan dan dianalisa gaya musiknya karena lagu ini merupakan awal dari sejarah perkembangan gambang kromong yang masih terdengar kental budaya Tionghoa-nya. Hal ini terjadi sebelum sebelum gambang kromong bertransformasi ke gaya yang lebih mengikuti selera masyarakat pribumi. Penelitian ini dilakukan dengan mendoku-mentasikan permainan kongahyan, gambang, dan kromong Bapak Ukar. Ia adalah seorang pemain gambang kromong senioryang merupakan pendiri sekaligus pimpinan dari kelompok Sinar Baru yang berdomisili di Gunung Sindur, Bogor. Pendokumentasian dilakukan dengan merekam audio dan video permainan lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€ yang direkam satu persatu dengan menekankan pada gaya musik yang menjadi ciri khas lagu tersebut. Salah satu gaya musik yang paling menonjol dari lagu ini adalah permainan improvisasi alat musik kongahyan yang disebut dengan liao. Alat musik ini merupakan alat musik pembawa melodi utama dalam gambang kromong. Ia mempunyai gaya melodi yang menyerupai improvisasi yang disebut dengan liao. Penelitian ini menganalisa gaya permainan liao kongahyan pada lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€ melalui lima elemen musik, yaitu sistem penalaan, warna suara alat musik, irama, tangga nada, dan harmoni. Sistem penalaan kongahyan dilakukan dengan cara memutar bagian steman pegs yang berfungsi untuk mengikat senar baja bernada G SOL dan D RE untuk memainkan lagu dalam nada dasar C=DO. Kongahyan mempunyai warna suara yang tinggi dalam register nada yang tinggi. Hal ini menjadikannya alat musik yang terdengar mendominasi dalam ansambel tersebut. Irama lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€ secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian angkatan yang betempo bebas, bagian inti dengan tempo lambat, dan bagian lopan yang bertempo cepat. Tangga nada yang digunakan alat musik kongahyan dalam lagu ā€œPobin Kong Ji Lokā€ merupakan tangga nada diatonis yang terdiri dari C-D-E-F-G-A-Bb. Sedangkan gambang dan kromong menggunakan tangga nada pentatonis dengan nada C-D-E-G-A. Perbedaan tangga nada antara kongahyan dengan gambang kromong menghasilkan jalinan harmoni yang khas. Ketiganya memainkan tema melodi yang sejalan yang dilengkapi dengan sisipan liao masing-masing alat musiknya. DAFTAR PUSTAKA Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta Penerbit Kanisius. Sugihartati, Risma. 2014. Cokek Milik Betawi Namun Asli Cina Benteng. Jakarta Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta. Hindley, Geofrey. 1971. Larousse Encylopedia of Music. The Hamlyn Publishing Group Limited. Titon, Jeff Todd dan Mark Slobin. 1985. ā€œThe Music-Culture as a World of Musicā€, dalam World of Music Jeff Todd Titon ed., 2nd edition. New York Schirmer Books. Westrup, J. A., dan Harison, L. L. 1959. Collins Music Enyclopedia. Collins London and Glasgow. Yampolsky, Phillip. 1999. Musik dari Daerah Pinggiran Jakarta Gambang Kromong. Jakarta Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. guru SEKolah PuBlIK mENgaJar KESuKaCItaaN muSIK Jimmy Philip Paät jeceempaat Abstrak Artikel ini bertujuan menjabarkan betapa pentingnya unsur pedagogik dalam sekolah sebagai landasan pendidikan dan kesukacitaan terhadap musik. Dimana pada dasarnya pedagogik merupakan ilmu praktis/ relasi timbal balik antara refleksi dan aksi yang berkaitan dengan pendidikan di kelas, di sekolah maupun di luar sekolah. Salah satu sarjana Pendidikan Perancis, Georges Snyders, menggambarkan sekolah tempat bertemu une culture premieĢ€re, diperoleh siswa dalam kehidupan sehari-hari,dan une culture élaboré, budaya yang terstruktur. Fungsi utama sekolah pada dasarnya adalah membantu murid yang membawa budayanya, budaya pertama untuk menyeberangi jembatan dengan budaya terstruktur. Sekolah harus memikirkan bagaimana sekolah mengantar mereka yang akan menolak budaya, terstruktur, terpelajar une culture élaborée. Budaya terstruktur bukan sekedar membawa kesukacitaan tetapi juga membuka mata, untuk memperluas keberadaan seseorang, Di mana kesukacitaan yang ada di sekolah adalah kesukacitaan budaya. Kesukacitaan harus ditemukan sendiri oleh siswa selama sekolah melalui guru dan bersama karya-karya besar les chefs-d’œuvre. Menurut Snyders kesukacitaan musik yang sangat kuat dapat dicapai dengan menyimak dengan teliti karya musik yang agung. Namun pencarian kesukacitaan siswa dengan karya besar bukanlah persoalan mudah, karena antara lain siswa telah memiliki budayannya sendiri yang memiliki jaraj dengan karya-karya besar. Di sinilah pedagogik musik berperan dengan mempersiapkan pertemuan tersebut. Sehingga bagaimana pun, guru musik yang akan mengajar kesukacitaan perlu menguasai pengetahuan akan karya agung dan harus memiliki pengetahuan budaya musik siswa yang masih remaja, misalnya musik rock, pop. Patut diingat para guru musik di sekolah formal bahwa dalam mengajarkan kesukacitaan musik sesungguhnya juga pengembangan kesadaran estetika murid yang tidak dapat diukur dengan menggunakan ujian akhir. Kata kunci Pedagogik, Pendidikan Musik, Kesukacitaan Musik, Budaya Sekolah Abstract This article aims to describe how important pedagogical elements are in schools as the foundation of education and joy in music. Where basically pedagogic is a practical science / reciprocal relationship between reflection and action related to education in the classroom, in school and outside school. One of the French Education scholars, Georges Snyders, described the school where une culture premiĆØre was met, obtained by students in everyday life, and une culture élaboré, structured culture. The primary function of schools is basically to help students who carry their culture, the first culture to cross the bridge with a structured culture. Schools must think about how the school will deliver those who will reject culture, structure, and education une culture élaborée. Structured culture is not just bringing joy but also opening eyes, to expand one’s existence, Where the joy that is at school is cultural joy. Joy must be discovered by students during school through the teacher and with great works les chefs-d’oeuvre. According to Snyders the excitement of very strong music can be achieved by carefully listening to the great works of music. But the search for student excitement with large works is not an easy problem, because among others students already have their own culture that has jaraj with great works. This is where the music pedagogic comes into play by preparing for the meeting. So after all, music teachers who will teach joy need to master the knowledge of masterpieces and must have knowledge of the music culture of students who are still teenagers, such as rock music, pop. It is worth remembering that music teachers in formal schools that in teaching the joy of music actually also develops aesthetic awareness of students that cannot be measured using the final exam. Keywords Pedagogic, Music Education, Music Joy, School Culture Mungkin ini tulisan yang terlalu berani dari seorang yang sesungguhnya tidak mengajar kesenian baik musik maupun kesenian lain. Saya, sebagai penulis, adalah seorang guru, yang pekerjaannya berurusan dengan pendidikan calon guru Bahasa Perancis, bisa dikatakan sejak kecil tidak pernah lepas dari dunia kesenian, musik terutama. Walaupun bukan sebagai pemusik, tetapi lebih sebagai amatir1musik. Dengan kata lain bunyi-bunyi yang terstruktur dengan indah, mungkin bisa dikatakan seperti itu sebutan lain untuk musik secara sederhana, selalu menemani saya baik dengan diniatkan atau tidak. Pengalaman bergaul dengan musik ini yang mengantar saya ā€œmasukā€ ke dunia pedagogik musik. Mungkin bisa dikatakan keterkaitan saya dengan pedagogik musik lebih karena pergaulan saya dengan pedagogik sejak saya masih pelajar pedagogik di lembaga penyiap calon guru di tengah kedua dekade 70 hingga sekarang. Berangkat dari bidang pedagogik yang telah saya tekuni lebih dari empat dekade inilah saya memberanikan diri untuk berbicara pedagogik musik atau lebih luas pedagogik seni. Selama ini ketika kita bicara pendidikan, baik dengan gaya warung kopi hingga dengan gaya ā€œseriusā€ seperti dalam diskusi-diskusi, seminar-seminar pendidikan di universitas, konsep tersebut dirujuk ke penyampaian ilmu pengetahuan entah di ruang kelas atau di layar kaca, yang sekarang disebut pendidikan digital. Pengertian ini biasanya dikenal dengan bahasa awam sebagai kegiatan mengajar. Ini adalah pengertian untuk mereka yang selalu memisah-misahkan konsep mendidik dan mengajar. Saya sendiri tidak terlalu tertarik memisah-misahkan dua kegiatan yang sesungguhnya tidak bisa dipisahkan saat kita berkegiatan di dalam kelas atau lebih luas di sekolah. Di dalam kelas saat berhadapan dengan murid sang guru selalu dengan tujuan- tujuan, atau diniatkan dengan tujuan tertentu, yang biasa disebut tujuan pendidikan atau tujuan pedagogis. Mungkin posisi saya dapat digambarkan dalam kalimat ā€œsambil mendidik 1 Konsep amatir berasal dari bahasa Perancis ā€œamateurā€ yang bermakna ā€œyang mencintaiā€ celui qui aime. Tampak ada ā€œkekeliruanā€ pemaknaan amatir selama ini, karena itu ada baiknya kita melihat asal kata tersebut. saya mengajar atau melalui mengajar saya mendidikā€. Judul teks singkat ini, jelas menunjukkan bahwa saya lebih bicara kepada guru daripada kepada murid. Konsep kesukacitaan seni dan kesukaan musik atau mungkin lebih luas kesukaan seni yang menjadi perhatian utama saya. Sepengetahuan saya, belum banyak di paguyuban sarjana pendidikan maupun sarjana pendidikan musik termasuk sarjana pendidikan seni Indonesia mendiskusikan, meneliti persoalan kesukacitaan musik di sekolah atau bahkan di ruang kelas, artinya dalam pendidikan di sekolah. Untuk ini, saya merujuk kepada Georges Snyder, ahli pedagogik Perancis yang sepanjang hidupnya sebagai pengajar di fakultas Pedagogik Universitas Sorbonne, kalau boleh disebut seperti itu, bergumul dengan kesukacitaan di sekolah. Lebih khusus lagi rujukan utama saya pada Snyders yang membahas ā€œla joie de la Tulisan ini tentu masih dalam posisi yang sangat pengantar, sekalipun begitu saya berharap para sarjana pendidikan musik seni untuk lebih jauh meneliti persoalan pendidikan kesukacitaan musik ini. Untuk ini tulisan ini dibagi menjadi beberapa bagian, pengertian pedagogik. Hal ini perlu disampaikan karena seperti saya katakan di atas teks singkat ini berada pada posisi pedagogik, artinya berada pada posisi landasan pendidikan. Kemudian diikuti dengan uraian tentang sekolah dari sisi budaya menurut Snyders, dan di akhir dengan pedagogi kesukacitaan musik menurut ahli pedagogik Perancis. Pedagogik

kongahyan adalah alat musik yang dimainkan dengan cara